ViolaClubINA - Musim 2024/25 menjadi momen bersejarah bagi Fiorentina—bukan hanya karena drama di lapangan atau hasil-hasil krusial yang menentukan, tetapi karena kemunculan sosok muda yang mencuri perhatian: Pietro Comuzzo. Bek muda ini tampil luar biasa hingga dinobatkan sebagai Young Player of the Season versi Viola Club Indonesia.
Comuzzo mulai menarik perhatian publik saat membela tim Primavera pada 2023. Di bawah asuhan Alberto Aquilani, ia turut membawa tim muda Fiorentina meraih trofi Supercoppa. Kemampuan bertahan yang kokoh, sikap pantang menyerah, serta ketenangannya dalam mengawal lini belakang menjadi modal awal yang menjanjikan. Namun musim itu, ia lebih banyak duduk di bangku cadangan tim utama—sebuah kondisi yang lebih mencerminkan kedalaman skuad bek tengah milik Vincenzo Italiano dibanding performa pribadi Comuzzo.
Awalnya, banyak yang memprediksi Comuzzo akan dipinjamkan ke klub Serie B. Tapi situasi berubah total ketika pelatih baru, Raffaele Palladino, memberikan kepercayaan penuh sejak awal musim. Dalam tiga laga awal, Comuzzo tampil sebagai starter dan langsung menunjukkan kelasnya. Ia tampil lebih baik dibanding Lucas Martínez Quarta maupun Marin Pongračić, membuktikan diri sebagai pilihan utama di lini pertahanan.
Dengan gaya bermain yang lugas, Comuzzo menampilkan performa layaknya bek veteran. Ia piawai menjaga striker lawan yang bertubuh besar, kuat dalam duel satu lawan satu, dan selalu berada di posisi yang tepat. Keunggulan utamanya justru terletak pada reading of the game-nya yang matang, sebuah kualitas yang jarang dimiliki pemain seusianya.
[Baca juga : Masa Depan Dodô Cordeiro Masih Abu-abu: Fiorentina Harus Bergerak Cepat]
Performanya yang konsisten membuat Martínez Quarta memilih hengkang kembali ke River Plate pada Januari. Meski sempat mengalami penurunan performa pada pertengahan musim—hal yang wajar untuk pemain muda yang baru merasakan kerasnya Serie A—Comuzzo berhasil bangkit. Ia merebut kembali tempat utamanya dan menutup musim dengan manis lewat gol profesional pertamanya saat melawan Udinese, yang juga memastikan tiket ke UEFA Conference League.
Gaya bermain Comuzzo mengingatkan pada era Serie A tahun 1980-an—tangguh, disiplin, dan penuh determinasi. Tapi ia juga modern: cepat, mampu mengikuti pergerakan lawan, dan perlahan-lahan menunjukkan ambisi lebih dalam membangun serangan dari belakang. Potensi besar ada padanya, dan kontrak barunya bersama Fiorentina menjadi bukti bahwa klub percaya ia adalah bagian penting dari masa depan.
Satu hal yang menyentuh musim ini adalah hubungannya dengan Luca Ranieri. Sang kapten terlihat selalu memberikan dukungan penuh, dari pelukan saat sukses melakukan tekel hingga semangat saat Comuzzo melakukan kesalahan. Kedekatan ini menggambarkan seperti hubungan kakak-adik, dan memberikan nilai emosional tersendiri dalam perjalanan karier Comuzzo.
Musim yang penuh ketidakpastian ini justru melahirkan harapan baru bagi Viola. Comuzzo telah membuktikan bahwa peluang bisa menjadi batu loncatan untuk tampil gemilang. Dari nyaris tak terlihat, kini ia menjadi bagian inti pertahanan La Viola dan kandidat kuat untuk memperkuat tim nasional Italia bersama Alessandro Bastoni dan Riccardo Calafiori—atau mungkin rekan setimnya sendiri, Luca Ranieri.
Selamat untuk Pietro Comuzzo, sang Zinzerone, pemain muda terbaik Fiorentina musim ini. Semoga ini menjadi awal dari kisah panjang bersama La Viola. (Sumber: Artikel violanation.com Foto @acffiorentina)