ViolaClubINA - Menjadi pendukung Fiorentina bukanlah pilihan yang mudah. Dalam perjalanan panjang yang penuh liku, hanya mereka yang telah benar-benar "mewakafkan" hati yang mampu bertahan. Kisah cinta ini dimulai dari masa remaja, dan bertahan hingga kini bukan karena prestasi semata, tapi karena cinta yang tulus.
Salah satu penggemar setia Viola, Ahas Weros membagikan kisahnya yang mengharukan. Ia mengaku telah mencintai Fiorentina sejak tahun 1996, saat duduk di bangku kelas 3 SMP. Sejak saat itu, tidak pernah sekalipun mengenakan jersey klub lain, meskipun berbagai kesempatan datang—termasuk saat tinggal di Inggris dan mendapatkan jersey klub-klub besar seperti Manchester United, Liverpool, hingga Tottenham. Namun, semua itu tidak menggoyahkan kesetiaannya. Baginya, hanya satu warna di hati: ungu.
Kesetiaan yang ia sebut sebagai "wakaf hati" ini bukan sekadar slogan. Ia menerima hasil pertandingan Fiorentina dengan lapang dada, entah menang atau kalah. Bahkan, ketika harus menonton melalui saluran tidak resmi (tidak patut dicontoh), ia tetap menikmatinya dengan rasa syukur. Ia percaya, menikmati laga demi laga dengan hati yang tenang adalah kunci untuk tetap waras sebagai penggemar klub yang kerap disebut “medioker” ini.
[Baca juga : PojokTifosi: Sajak Cinta Sang Fiorentini, Kesetiaan yang Tak Pernah Pudar]
Sebagai penggemar yang telah melewati berbagai momen, ia juga mengajak rekan-rekannya sesama tifosi untuk terus percaya—bukan hanya pada tim, tetapi juga pada manajemen, pelatih, wasit, hingga ball boy dan kameramen yang memungkinkan pertandingan bisa berjalan. Baginya, kesabaran adalah pondasi utama. Ia mengingatkan bahwa Atalanta butuh empat tahun untuk membangun prestasi, Sir Alex Ferguson lima tahun, dan Manchester City bahkan belasan tahun untuk menjadi raksasa.
Fiorentina, katanya, adalah klub yang sering melukai, namun juga tahu cara membalut luka—meski hanya sekadarnya. Namun di situlah letak cintanya. Karena dari rasa sakit itu, tumbuh ketabahan dan penerimaan. Maka ia berkata: “Unconditional love is the best way to support Fiorentina.”
Dalam akhir kisahnya, ia mengingatkan: jangan paksakan diri jika belum siap mencintai sepenuhnya. Menjadi fans Fiorentina adalah tentang menerima apa adanya, berharap tanpa pamrih, dan mencintai tanpa syarat. Karena jika tidak, hanya stres dan kecewa yang akan tinggal. Semoga kita semua diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus mencintai, bertahan, dan bersyukur—apa pun hasil yang diberikan tim kebanggaan kita, Fiorentina. Forza Viola! (Foto @acffiorentina)